Lamongan, Asatunet.com – Ambrolnya tembok saluran irigasi di Dusun Keradenan Desa Sarirejo Kecamatan Sarirejo Kabupaten Lamongan, mengundang berbagai macam gunjingan dari masyarakat.
Lantas, apa saja yang menjadi dampak dalam pokok bahasan kejadian tersebut. Tim pencari fakta Asatunet akan mengulasnya. Dari informasi diperoleh paska kejadian itu, ada beberapa hal yang didapat dan patut dianalisa.
Diantaranya, masyarakat mempertanyakan kualitas material yang digunakan, bagaimana metode pelaksanaan proyek, pembiasan/pengelabuan suatu peristiwa (Kejadian fakta) dipaksa seolah-olah tidak ada kejadian.
Menurut sumber, materialnya menggunakan merk yang tidak berkualitas. Otomatis kekokohannya tidak bisa terjamin. “Setahu saya yang digunakan semennya bukan semen gresik. Nampak dari sisa kemasannya masih ada dilokasi,” beber sumber.
Kemudian terkait metode pelaksanaan pekerjaan, tambah sumber, juga harus konsisten. Jika terjadi kendala (ambrol), yang pertama dijadikan pertanyaan adalah, bagaimana perencanaannya ?
“Metode tersebut memuat, pra pelaksanaan, dokumen dan pelaporan bukti progress harian, mingguan dan bulanan, pengeringan. Termasuk juga sebagai bentuk transparansi, pelaksana kegiatan harus memasang papan nama proyek,” ujar sumber.
Kekhawatiran masyarakat tersebut terjawab. Bangunan tembok jaringan saluran irigasi itu kwalitasnya diragukan. Kali ini, tidak bisa dipungkiri, akhirnya tembok saluran irigasi tersebut ambruk juga.
“Coba cek saja langsung ke lokasi untuk materialnya. Selain itu, jika pelaksananya terkesan asal-asalan, hanya nampak batu kumpung dan semen. Akibatnya hasilnya tidak kokoh,” tambah sumber sembari meminta usut terus kejadian tersebut.
Ibarat suatu pekerjaan apapun jika dilaksanakan secara sistematis dengan metode maupun mengkontruksi secara teknis yang baik pastinya hasilnya maksimal dan tidak asal jadi. “Kami juga terus memantau pekerjaan itu,” imbuhnya.
Ket Foto : Dokumen diambil ketika malam hari saat setelah terjadinya ambruk.
Sementara, tim investigasi Asatunet.com sempat mengalami sedikit perselisihan dengan seseorang saat di lokasi. Awalnya, seseorang tersebut mengaku itu pembangunan lanjutan dan sempat menyangkal ada kejadian ambruk. Namun, dokumen fakta ambruknya tembok diperlihatkan, seketika seseorang tersebut mengajak awak media ke balai desa. Entah apa maksut dan tujuannya ?
Hasil pantauan di lokasi, beberapa hari setelah ambruk ada alat berat yang dilengkapi operator sedang melakukan pengerukan untuk melakukan pemerataan tepat di lokasi ambruknya tembok saluran irigasi. Dan, jika ada yang memantau benar tidaknya ada kejadian ambruk di lokasi, nyata-nyata hal tersebut tidak nampak alias material tembok berupa batu kumbung yang ambruk sudah bercampur dengan tanah.
Kepala Desa Sarirejo Kecamatan Sarirejo, Nafis Faisol saat dikonfirmasi melalui selulernya, beberapa hari tidak ada respon. Dalam prinsip transparansi, ada hak publik untuk memperoleh akses informasi, pertanyaanya, bagaimana pertanggungjawabannya !?
Editor : Yudi/Fariz Fahyu